dokumentasi : shinta |
Selesai mengisi perut, kami
meneruskan perjalanan. Mulai masuk ke sawah milik penduduk, ada tanaman kol, wortel,
dan daun bawang.
Sekitar pukul 7 malam, saya,
Siska, dan Pahala sampai di puncak Gn.Prau setelah tertinggal jauh dari Babe,
Mba Yetti, Mba Olin, Laras, Ryan, dan Hafid. Sedangkan Gustya, Medya, Athifah,
Hesti, dan Mas Pi masih tertinggal lumayan jauh dari kami. Karena tidak ingin
dikuasai oleh hawa dingin, saya mulai membantu Ryan untuk mendirikan tenda. Tapi,
baru saja akan selesai 1 tenda kami dirikan, Mas Pi baru tiba di puncak dan
menyarankan kami untuk mendirikan tenda sedikit di bawah, agar tidak terlalu
dingin. Alhasil, kami mulai memindahkan barang-barang ke tempat yang disarankan
Mas Pi. Tenda diangkat oleh Ryan, Hapid, dan Pahala.
Semua tenda sudah berdiri, ada 4
tenda di komplek kami. Tenda Remaja
(Saya, Siska, Hesti, Medya, Athifah), tenda Mama (Babe, Mba Yetti, Mba Olin,
Laras), tenda Pria (Pahala, Gustya, Hapid, Ryan), dan tenda Ninja Kids (Mas Pi
dan beberapa anak kecil yang biasa ikut dengan Mas Pi).
Babe dan penghuni tenda Mama
sibuk masak air dan makanan untuk Ninja kids, sedangkan di tenda Pria, Gustya
juga sibuk memasak air untuknya dan untuk penghuni tenda Pria dan tenda Remaja.
Setelah mengganti pakaian, shalat, dan
makan mie (lagi), sekitar pukul 10 malam, Saya, Athifah, hesti, dan Siska
langsung kembali ke tenda untuk tidur. Biasanya kami tidak pernah tidur selarut
ini saat pendakian.
12 Oktober 2013
Saya mulai terbangun saat terdengar
suara penghuni tenda Pria, entah sudah jam berapa tapi matahari belum terbit.
Setelah Saya dan Gustya shalat subuh berjamaah, satu per satu penghuni tenda
mulai bangun dan dibangunkan karena sudah pagi.
Babe dan penghuni tenda Mama
segera mencari spot yang pas untuk menyaksikan Golden Sunrise yang kata Mas Pi
sebentar lagi akan muncul, dan akhirnya saya dan yang lain menyusul Babe. Dan,
Golden Sunrise muncul, hampir semua pendaki mengabadikan peristiwa yang sudah
menjadi ciri khas dari Gn.Prau tersebut. Walaupun kata Mas Pi, pagi ini tidak
terlalu bagus karena tertutup awan, tapi Golden Sunrise yang saya lihat sudah
cukup membangkitkan mood saya pagi ini. Nanti,
saya harus kembali ke sini. Melihat Golden Sunrise di temani teh hangat dan
mungkin bersama suami. ^^
Golden sunrise... ^^ |
Mataharinya malu.. |
Lumayan lelah berpose di tempat menyaksikan golden sunrise (foto masih banyak di facebook), kami pindah area, ke tempat yang bisa melihat talaga warna dari ketinggian. Semua berkat informasi dari Mas Pi..
Naik-naik ke bukit lagi, untuk liat Talaga Warna |
![]() |
Talaga warnanya terihat kecil.... |
Oke oke... Mulai panas, pertanda sudah semakin siang.
Kami siap-siap untuk masak brunch (breakfast - lunch). Menunya, nasi putih, telur dadar, sayur sop, dan taburan abon. Yummy....
FYI, ukuran sayuran Dieng ternyata jumbo!!!
![]() |
Persiapan masak.. Yang ngeteh dan ngopi dipersilahkan... |
![]() |
Pose bersama NINJA KIDS~ |
![]() |
Buah berry hasil buruan NINJA KIDS. Rasanya asem-seger. |
![]() |
Efek makan buah Berry, MERAH deh bibirnya. |
Selesai makan, repacking, dan
membereskan sampah + membawanya kembali, kami segera turun gunung. Tapi track kali ini berbeda dengan
pendakian kemarin, kami memilih untuk turun ke Dieng, melewati bukit teletubies
dan padang lonte sore.
Part I : http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai.html
Part III :
http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai_25.html
part IV :
http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai_26.html
Part III :
http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai_25.html
part IV :
http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai_26.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar