Categories

Budaya (3) Cerpen (2) Cooking (1) Curhat (29) Curug (1) Famz Story (4) fiktif (3) Film (14) Foto (36) Hiking (30) Indonesia (80) INDONESIA BAGUS (7) Info (111) Islam (3) Jepang (7) Kampus (83) Kartun (1) Kids (2) Komputer (34) Kopdar (1) Korean Fever (14) Listing Program (8) Look Alike (10) Maen (28) Multimedia (9) Musik (3) Muslimah (4) Ramadhan (1) Review (16) SAR (2) Sekedar Tulisan (49) Shout Out (6) SI (53) Situs Bersejarah (2) Team Mandalawangi (1) Trip (33) Tugas (86) Untuk Negeri (76) Video (3) Wisata (11)

Rabu, 23 Oktober 2013

Gn.Prau - Dieng. Dari Golden Sunrise Sampai Se-dus Carica!! (Part I)


Sebenarnya trip ini sudah direncanakan sejak bulan Juni, berawal dari celetukan saat saya, Shanti, Gustya, dan Wahyu selesai jogging di UI. Kami membicarakan keindahan Gunung Prau, dan setelah dibahas 2 kali dengan kawan yang lain. Maka, diputuskan tanggal 11-15 Oktober 2013 untuk menikmati keindahan Prau dan Diengnya.

Tidak sesuai rencana!

Awalnya kami akan melakukan akan melakukan trip bersama Team Mandalawangi, ternyata Shanti tidak dapat ikut karena sedang praktek mengajar, Wahyu persiapan UTS, Faisal & Fajar baru turun dari Gn. Semeru, sedangkan Berry tidak ada kejelasan.

Rasa kecewa tentu muncul, tapi trip harus tetap terlaksana!

Akhir bulan September, kami mengadakan TM di Monas untuk mendata siapa saja yang pasti ikut, dan merinci logistik yang harus dibawa, termasuk perincian akomodasi. Trip kali ini sedikit berbeda, karena bukan hanya pendakian ke Gn. Prau, tapi juga kami ingin mengexplore keindahan wisata alam Dieng.

Tiga hari sebelum keberangkatan kami (Saya, Hesti, Medya, Athifah, dan Ryan) mengumpulkan semua barang di rumah Gustya agar lebih mudah akses kendaraan menuju Kp. Rambutan nantinya.

11 Oktober 2013
Saya, Medya, Hesti, dan Ryan berangkat sekitar pukul setengah 4 sore dari rumah Gustya menuju Kp. Rambutan. Bukan Jakarta jika tidak macet! Kami sampai di Kp. Rambutan sekitar pukul 5 sore, dan ternyata Babe, Mba Yetti, Mba Olin, dan Hapid sudah ada di tempat tunggu. Sejam kemudian, Siska & Pahala sampai, lalu Gustya & Athifah, dan terakhir Laras.

Kami mulai mendiskusikan armada yang akan kami tumpangi menuju Wonosobo. Ternyata bus terakhir menuju Wonosobo sudah berangkat sejak pukul 5 sore tadi, dan tarif yang ditawarkan sekitar Rp 120.000.

Saat Mba Yetti dan Medya mulai sibuk mencari armada lain dengan harga yang lebih murah, Shanti tiba di Kp. Rambutan untuk perpisahan sebelum saya pergi ke Dieng. Maklum, beberapa bulan ini Shanti harus praktek mengajar dan harus kos, dan kami belum sempat bertemu seminggu ini.

Sekitar pukul 8 malam, kami akhirnya berangkat dengan Bus Dewi Sri menuju Purwokerto dengan tarif Rp 45.000.  (Shanti sudah pulang sebelum kami mendapatkan bus). Bus ekonomi yang bisa dibilang tidak terlalu penuh namun padat. 

dokumentasi : Babe

Sekitar pukul 9 pagi, kami sampai di Terminal Purwokerto. Kami mengisi perut sambil menunggu armada menuju Terminal Wonosobo.

Sekitar sejam kemudian, kami naik mini bus ke Terminal Wonosobo, dengan tarif Rp 20.000. Mini bus yang sudah penuh, semakin penuh dengan keberadaan kami didalamnya berikut dengan cerrier dan daypack yang kami bawa. Tidak ada satupun dari kami yang mendapat tempat duduk, tapi setelah 1 jam lebih perjalanan mulai ada penumpang yang turun, dan akhirnya kami mendapat duduk.

Sekitar pukul 1 siang, kami sampai di Terminal Wonosobo. Kami harus menunggu armada utusan Mas Pi menuju Basecamp Gn. Prau di Desa Petak Banteng.

Menunggu setengah jam utusan mas Pi datang, mobil minibus yang juga sebagai armada untuk mengangkut para pendaki lain yang ingin ke Dieng. Kami rombongan dari Jakarta 13 orang, dan beberapa pendaki lain, yang dari bahasa mereka, mereka penduduk asli dari daerah sekitar purwokerto.

Perjalanan dari Wonosobo menuju Dieng yang pantang untuk dilewatkan. Menyusuri jalanan di bukit yang hanya muat 2 mobil, dan jika salah sedikit mungkin akan terjadi kecelakaan karena disamping jalan langsung jurang. Tapi bukan hanya ke-ekstriman jalannya, pemandangannya tak kalah indah. Pemandangan desa yang mulai tertutup kabut dan hawa yang mulai dingin.

Perjalanan yang memakan waktu sekitar 2 jam. Kami akhirnya sampai di Basecamp Petak Banteng disambut oleh Mas Pi. Mas Pi sangat ramah pada kami. Kami langsung dipersilahkan untuk istirahat di Basecamp. Ruangan yang cukup luas, terdapat sebuah warung kecil dan sebuah toilet yang lumayan luas. Disana juga ada meja dengan buku besar diatasnya untuk mengisi data para pendaki yang datang. 

dokumentasi : shinta
Setelah kami istirahat sekitar setengah jam untuk mengganti pakaian, repacking, menambah logistik, dan ngemil SE-ADA-NYA, barulah kami memulai pendakian. Pertama, kami melewati jalanan di antara sawah yang masih dalam tahap perbaikan, lalu menaiki anak tangga yang entah berapa buah yang mampu membuat kami ngos-ngosan.

Banyak warga yang asik duduk diteras rumah sambil melilitkan sarung kebadannya. Entah berapa lama kami menaiki tangga, akhirnya kami mulai disambut dengan jalan batu dan tanah yang bisa sedikit merelax-kan kaki kami. 

Silahkan baca kelanjutannya :
Part II : http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai_24.html
Part III :
http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai_25.html
part IV :
http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai_26.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar