Sebenarnya trip ini sudah
direncanakan sejak bulan Juni, berawal dari celetukan
saat saya, Shanti, Gustya, dan Wahyu selesai jogging di UI. Kami membicarakan
keindahan Gunung Prau, dan setelah dibahas 2 kali dengan kawan yang lain. Maka,
diputuskan tanggal 11-15 Oktober 2013 untuk menikmati keindahan Prau dan
Diengnya.
Tidak sesuai rencana!
Awalnya kami akan melakukan akan
melakukan trip bersama Team Mandalawangi, ternyata Shanti tidak dapat ikut
karena sedang praktek mengajar, Wahyu persiapan UTS, Faisal & Fajar baru
turun dari Gn. Semeru, sedangkan Berry tidak ada kejelasan.
Rasa kecewa tentu muncul, tapi
trip harus tetap terlaksana!
Akhir bulan September, kami
mengadakan TM di Monas untuk mendata siapa saja yang pasti ikut, dan merinci
logistik yang harus dibawa, termasuk perincian akomodasi. Trip kali ini sedikit
berbeda, karena bukan hanya pendakian ke Gn. Prau, tapi juga kami ingin
mengexplore keindahan wisata alam Dieng.
Tiga hari sebelum keberangkatan
kami (Saya, Hesti, Medya, Athifah, dan Ryan) mengumpulkan semua barang di rumah
Gustya agar lebih mudah akses kendaraan menuju Kp. Rambutan nantinya.
11 Oktober 2013
Saya, Medya, Hesti, dan Ryan
berangkat sekitar pukul setengah 4 sore dari rumah Gustya menuju Kp. Rambutan. Bukan Jakarta jika tidak macet! Kami
sampai di Kp. Rambutan sekitar pukul 5 sore, dan ternyata Babe, Mba Yetti, Mba
Olin, dan Hapid sudah ada di tempat tunggu. Sejam kemudian, Siska & Pahala
sampai, lalu Gustya & Athifah, dan terakhir Laras.
Kami mulai mendiskusikan armada
yang akan kami tumpangi menuju Wonosobo. Ternyata bus terakhir menuju Wonosobo
sudah berangkat sejak pukul 5 sore tadi, dan tarif yang ditawarkan sekitar Rp
120.000.
Saat Mba Yetti dan Medya mulai
sibuk mencari armada lain dengan harga yang lebih murah, Shanti tiba di Kp.
Rambutan untuk perpisahan sebelum
saya pergi ke Dieng. Maklum, beberapa bulan ini Shanti harus praktek mengajar
dan harus kos, dan kami belum sempat bertemu seminggu ini.
Sekitar pukul 8 malam, kami
akhirnya berangkat dengan Bus Dewi Sri menuju Purwokerto dengan tarif Rp
45.000. (Shanti sudah pulang sebelum
kami mendapatkan bus). Bus ekonomi yang bisa dibilang tidak terlalu penuh namun padat.
![]() |
dokumentasi : Babe |
Sekitar pukul 9 pagi, kami sampai di Terminal Purwokerto. Kami mengisi perut sambil menunggu armada menuju Terminal Wonosobo.
Sekitar sejam kemudian, kami naik
mini bus ke Terminal Wonosobo, dengan tarif Rp 20.000. Mini bus yang sudah
penuh, semakin penuh dengan keberadaan kami didalamnya berikut dengan cerrier
dan daypack yang kami bawa. Tidak ada satupun dari kami yang mendapat tempat
duduk, tapi setelah 1 jam lebih perjalanan mulai ada penumpang yang turun, dan
akhirnya kami mendapat duduk.
Sekitar pukul 1 siang, kami
sampai di Terminal Wonosobo. Kami harus menunggu armada utusan Mas Pi menuju
Basecamp Gn. Prau di Desa Petak Banteng.
Menunggu setengah jam utusan mas
Pi datang, mobil minibus yang juga sebagai armada untuk mengangkut para pendaki
lain yang ingin ke Dieng. Kami rombongan dari Jakarta 13 orang, dan beberapa
pendaki lain, yang dari bahasa mereka, mereka penduduk asli dari daerah sekitar
purwokerto.
Perjalanan dari Wonosobo menuju
Dieng yang pantang untuk dilewatkan. Menyusuri jalanan di bukit yang hanya muat
2 mobil, dan jika salah sedikit mungkin akan terjadi kecelakaan karena
disamping jalan langsung jurang. Tapi bukan hanya ke-ekstriman jalannya,
pemandangannya tak kalah indah. Pemandangan desa yang mulai tertutup kabut dan hawa yang mulai dingin.
Perjalanan yang memakan waktu
sekitar 2 jam. Kami akhirnya sampai di Basecamp Petak Banteng disambut oleh Mas
Pi. Mas Pi sangat ramah pada kami. Kami langsung dipersilahkan untuk istirahat
di Basecamp. Ruangan yang cukup luas, terdapat sebuah warung kecil dan sebuah
toilet yang lumayan luas. Disana juga ada meja dengan buku besar diatasnya
untuk mengisi data para pendaki yang datang.
dokumentasi : shinta |
Banyak warga yang asik duduk diteras rumah sambil melilitkan sarung kebadannya. Entah berapa lama kami menaiki tangga, akhirnya kami mulai disambut dengan jalan batu dan tanah yang bisa sedikit merelax-kan kaki kami.
Silahkan baca kelanjutannya :
Part II : http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai_24.html
Part III :
http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai_25.html
part IV :
http://tanyashinta.blogspot.com/2013/10/gnprau-dieng-dari-golden-sunrise-sampai_26.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar