Categories

Budaya (3) Cerpen (2) Cooking (1) Curhat (29) Curug (1) Famz Story (4) fiktif (3) Film (14) Foto (36) Hiking (30) Indonesia (80) INDONESIA BAGUS (7) Info (111) Islam (3) Jepang (7) Kampus (83) Kartun (1) Kids (2) Komputer (34) Kopdar (1) Korean Fever (14) Listing Program (8) Look Alike (10) Maen (28) Multimedia (9) Musik (3) Muslimah (4) Ramadhan (1) Review (16) SAR (2) Sekedar Tulisan (49) Shout Out (6) SI (53) Situs Bersejarah (2) Team Mandalawangi (1) Trip (33) Tugas (86) Untuk Negeri (76) Video (3) Wisata (11)

Selasa, 25 Juni 2013

8 Reunion, Pangrango 21-23 Juni 2013 [Part I]

Reuni di Atas Awan, itu sih yang sebenernya yang menjadi tujuan kami semua. Dengan rencana yang sudah disusun sebulan sebelumnya, mengadakan TM tentang destinasi perjalanan nantinya, logistik, dan lainnya. 


H-1
Kami berkumpul di rumah Gustya untuk packing bersama, apa saja yang harus dibawa oleh para pejantan tangguh, dan para kaum hawa nantinya. Saling mengingatkan satu sama lain, saling melengkapi jika ada yang kurang. 


Teman kami, Fajar tidak bisa ikut serta karena terkena DBD. 

21 Juni 2013
Perjalan kami mulai dari daerah Pal sekitar pukul 7 malam, tapi karena angkot yang kurang luas kami terbagi menjadi dua, kubu angkot para pejantan dan kubu angkot para kaum hawa. Kami kembali berkumpul di Terminal Kampung Rambutan, sambil menunggu Mamduh dan Iqbal yang ternyata masih baru berangkat dari Jatinegara. 

Sampai pada akhirnya, kami memutuskan untuk meninggalkan Mamduh dan Iqbal sekitar jam 10 malam karena mereka masih terjebak macet.

Sekitar jam 12 Malam kami berdelapan sampai di Cibodas. Kami isi perut di Warung Padang. Sekitar jam 2 pagi, Mamduh dan Iqbal sampai di Cibodas dan langsung isi perut. 

(-) Wahyu

Sekitar jam 3 pagi, kami memulai perjalan mendaki Gn. Pangrango dari jalur Cibodas, sebelumnya juga kami harus menyewa angkot sampai pintu jalur pendakian.

Hari masih gelap, kami mengandalkan senter atau headlamp masing-masing. Tapi, saya lebih memilih membiarkan senter yang saya bawa diam didalam tas pinggang. Penerangan dari headlamp yang lain masih bisa diandalkan untuk melihat jalan di depan.

Subuh tiba, kami istirahat dan shalat subuh berjamaah. Kami istirahat sampai pagi.



Hawa dingin mulai terasa, kami langsung bersiap untuk melanjutkan pendakian. Kami sering istirahat untuk mengisi ulang energi yang telah kami keluarkan. Kami juga harus memperhatikan kondisi kami masing-masing.

(-) Shanti

(-) Shinta

(-) Shinta
Istirahat selesai, sebelum otot mulai kaku lagi, kami harus mulai pendakian kembali. Titik berikutnya adalah Kandang Badak. Disana kami akan beristirahat lebih lama, karena disana masih ada mata air, dan titik akhir sebelum pendakian Pangrango yang sebenarnya.


Kami (kaum hawa) sampai di Kandang Badak sekitar jam 11 siang. Dan, kali ini para pejantan tangguh yang sudah mempersiapkan makan siang untuk kami semua. Menunya, mie goreng, nasi, dan telur dadar. Terima kasih para Pejantan Tangguh, yang tidak pernah mengeluh.

SELAMAT MAKAN!!!!


Selesai makan, para kaum hawa yang kebagian tugas mencuci semua peralatan yang kotor. Air yang cukup dingin, dan hampir membekukan tangan. 

Para pejantan sudah istirahat terlebih dahulu, disusul kaum hawa.

Kami bangun sekitar pukul 1 siang, shalat berjamaah dan packing kembali untuk kembali mendaki. 

 SEMANGAAAAAAAAAAAAT KAWAAN!!!



 
Baru beberapa langkah, akhirnya kami sampai di persimpangan Gede-Pangrango.


Pohon-pohon tumbang mulai ditemui di tengah perjalanan. Kami bersama. Kami satu. 



Sampai pada akhirnya, kami terpisah menjadi 2 kelompok. Shinta, Beri, Faisal, Wahyu. Kami berjalan terlalu depan. Sisanya, Shanti, Athifah, Medya, Gustya, Mamduh, dan Iqbal mereka entah tertinggal dimana.

(-) Shinta
Kami hanya berempat. Saya?? Wanita. Ya, hanya sendiri. Jika saya melambat, saya akan menghambat. Jangan istirahat terlalu lama. Itu hanya membuat kaki semakin terasa lemah. Pada akhirnya, memang pendakian terasa melelahkan sampai saya lelah untuk menengok ke depan, karena selalu berharap puncak sudah dekat, tapi tidak kunjung sampai. Saya memilih menunduk, melihat yang ada di dekat. Tak usah muluk, yang penting berusaha!


Dan, kami berempat sampai di 3019 mdpl sekitar pukul setengah 6 sore. Kami masih sempat melihat matahari bersamaan dengan cahaya bulan yang masih malu-malu untuk keluar.
Kami bersyukur dengan cara masing-masing. Terima kasih Tuhan.


Kami tidak ingin terlalu lama di puncak pangrango, hawanya terlalu dingin menusuk tulang. Kami turun ke Mandalawangi untuk mendirikan tenda dan istirahat sambil menunggu kawan kami yang tertinggal.



Mandalawangi
Bulan penuh
Terima kasih Tuhan

Kawan kami pasti akan menyusul, mereka pasti sedang melihat keindahan malam ini seperti kami. Ditempat lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar